Karya:
Aulya Sri Utami Ilham
“Siapa dia? Aneh sekali
penampilannya, wajahnya tak pernah kulihat. Dia sepertinya seumuran denganku,”
tanya Raisa dalam hati.
Kemudian, orang aneh itu
menghampirinya dan bertanya-tanya
tentang kehidupan saat ini.
“Namaku Muhammad Raihan, aku hidup
di masa depan, dan kini aku berusia 12 tahun. Kehidupanku , begitu berbeda
dengan kehidupanmu saat ini. Semuanya menggunakan high technology, tak ada lagi cara tradisional. Semuanya serba
praktis. “Bim salabim” semuanya bisa tersedia di depan mata,” ujar orang aneh
itu.
“Wah, keren!” ujarku sambil
berteriak.
“Bagaimanakah dengan kehidupan dan keadaan
lingkungan saat ini?” Tanya Raihan.
“Semuanya dilakukan sendiri, tanpa
ada teknologi yang terlalu mendominasi, persawahan yang membentang luas, menanam padi sendiri,
memanennya, dan mengeringkannya dengan cara yang sangat tradisional. Lebih seru
lagi ketika membajak sawah bersama kerbau sambil bermain lumpur bersama
teman-teman,” terangku.
“Bagaimana dengan buah-buahan dan sayuran?” tanyanya lagi.
“Hmm.., dari pada aku hanya
mengoceh tanpa bukti, mari kuajak engkau untuk melihat semuanya,” ajak Raisa.
“Lihatlah, kopi, teh, strawberry dan
buah yang lainnya semua tumbuh subur di lahan yang luas. Tumbuh dan membawa
manfaat bagi yang mengonsumsinya,” kataku sambil menunjukkan pada Raihan.
“Yang lebih seru lagi adalah memanen
padi, di perkebunan kita juga dapat memanennya sendiri sambil menikmati udara
yang sejuk. Perkebunan juga menjadi tempat
yang pas untuk berolahraga,” ujar Raisa.
“Deru air sungai, percikan air
sungai yang menyegarkan dan jernih. Semuanya itu dapat kita nikmati tanpa ada
uang yang keluar dari kantong kita. Kesegaran kita rasakan dan kesehatan kita
juga dapatkan. Memancing dan melompat dari ketinggian adalah kegemaranku,
walaupun tanpa ada alat pengaman, tapi tidak membuatku untuk berhenti melompat
dari ketinggian.
“Kicauan burung yang begitu merdu
yang akan kau dengarkan setiap bangun pagi. Banyak tempat-tempat rekreasi alam, bisa melihat langsung hewan-hewan yang hidup di sana,” terang Raisa.
“Kita juga bisa berinteraksi dengan
hewan-hewan?” tanya Raihan
“Yap!” sahutku.
“Kain sutra yang indah dan lembut
hasil tangan para pengrajin, guci, dan furnitur rumah yang masih dikerjakan
dengan cara yang tradisional. Mainan anak-anak
yang sering kubuat dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada, adalah hal
yang paling menyenangkan. Contohnya ketapel kayu.
“Bisakah kau ajarkan aku membuat
ketapel dari kayu itu?” tanya Raihan.
“Cukup mudah, mari aku ajarkan!” tutur
Raisa.
Dengan semangat, Raisa pun
mengajari Raihan.
“Semuanya bisa kunikmati dahulu
secara bebas, tak bisa kuungkapkan betapa beruntungnya diriku ini ketika kecil.
Kemudian, pencemaran, polusi dan semakin bertambah besarnya jumlah penduduk
kini membuat semuanya berubah,” ungkap Raisa.
“Eh, Raihan , aku kan sudah
memperlihatkan kehidupan saat ini, nah giliran kamu!” pinta Raisa.
“Baiklah kalau kau ingin melihatnya.
Tapi aku ingin memperlihatkan kamu keadaan di tahun 2025,” ujar Raihan.
“ Okeh deh!” sahut Raisa bersemangat.
Raisa kemudian melihat keadaan
tahun 2025.
Tahun 2025. Perlahan-lahan, sedikit
demi sedikit, sawah yang membentang luas menjadi berkurang, mungkin masih ada
hal-hal yang berbau tradisional
namun tak mendominasi, tak seperti dulu.
Buah, sayuran, teh, kopi, semuanya
terasa tak segar lagi. Sungai, kini mulai keruh, tak sejernih dahulu. Ketika
kumelihat ikan-ikan mengapung di
atasnya, seakan memberikan tanda bahwa semuanya tak seperti dahulu. Dan langit
yang dihiasi dengan warna abu-abu
dan hitam, setiap waktu terasa gelap terus, akibat kendaraan bermotor yang mendominasi, membuat polusi di bumi ini.
Suhu bumi yang terkadang tak normal,
terkadang rasanya begitu panas, terkadang begitu dingin. Bencana mulai terjadi
dimana-mana, semuanya gara-gara manusia, yang tidak memanfaatkan
lingkungan hidup dengan baik, dan juga tidak melestarikannya.
“Mengapa bisa begitu?” ujar Raisa prihatin.
“Itu semua karena ulah manusia,” tukas
Raihan.
“Bagaimanakah dengan di masa depan?
Tempat kamu berasal?”
“Di masa depan, hijau tak terlihat lagi di sepanjang jalan,
tak ada lagi sawah yang membentang luas, sawah hanya sepetak, tak ada lagi petani
apalagi kegiatan membajak sawah dengan kerbau, semuanya dilakukan oleh
teknologi,” tutur Raihan.
Semakin banyak sumber daya alam
yang ternacam kepunahan, meski segala upaya untuk mempertahankan SDA itu telah
dilakukan. Namun, masih banyak manusia yang tak menyadari hal itu sampai saat
ini. Yang pada akhirnya, semua buah-buahan,
sayuran yang telah mendekati kepunahan, mulai beberapa diawetkan dan tak lagi
dikonsumsi. Dan hanya sebagai bukti kepada anak cucu di zaman berikutnya.
Air sungai yang dulu mengalir jernih,
menyegarkan, dan menyejukkan, kini berubah menjadi penampungan cairan berwarna-warni. Tak bisa lagi seperti dahulu,
anak-anak zaman ini, tak peduli lagi
dengan yang namanya “bermain dengan alam”. Mereka hanya sibuk bermain dengan gadget-gadget yang begitu canggih,” tutur Raihan memberi
gambaran.
Keanekaragaman hewan di bumi semakin
sedikit. Semua yang punah hanya dapat dilihat, kita tak bisa lagi berinteraksi
secara langsung. Hanya sebagai pajangan di museum-museum. Sekali lagi, hal ini dilakukan hanya untuk sebagai bukti
pada anak cucu di zaman berikutnya, bahwa dahulu banyak keanekaragaman hewan
namun sekarang telah punah.
Hutan yang dulu banyak di sekitar
kita, kini tak ada lagi. Semuanya hilang dan dikalahkan oleh gedung-gedung
pencakar langit. Semakin banyak manusia-manusia
baru, membuat semakin banyak lahan yang harus digunakan untuk pemukiman.
Karena kemajuan teknologi yang
begitu pesat, membuat banyak orang yang
menganggur, semuanya praktis dan tak perlu lagi mengeluarkan keringat
untuk mendapatkan sesuatu, cukup ucapkan apa yang kita inginkan, semuanya ada
di depan mata.
Tak terlihat lagi pepohonan, bunga-bunga, dan hijau tanaman. Semuanya
menjelma menjadi hutan beton, makanan siap saji dan praktis.
Pemanasan global tak terhindarkan
lagi. Suhu bumi tak menentu. Polusi udara menjadi lapisan udara baru di bumi,
ozon menipis dan es di kutub bumi mencair terus menerus. Semua ulah manusia
yang masih tidak sadar dengan keadaan bumi saat ini.
Jumlah dan kebutuhan manusia yang
semakin banyak membuat alam menjadi korbannya, semuanya jadi rusak. Usaha
pelestarian yang tidak maksimal, membuat usaha yang dilakukan hanya sebagai
simbolik saja dan hanya semakin menambah kerusakan.
Semakin banyak dan tinggi jumlah
populasi manusia, membuat bumi tak dapat lagi menampung semuanya.
“Terkadang aku sendiri heran,
mengapa manusia belum sadar dengan keadaaan bumi,” pikir Raihan .
“Iya, betul, padahal, bencana alam
selalu datang dan merenggut nyawa,” ujar Raisa.
Pemanasan global, efek rumah kaca,
dan pencemaran lingkungan mengakibatkan manusia harus membuat inovasi-inovasi baru, agar manusia dapat
bertahan pada keadaan bumi saat ini.
Kacamata pelindung, pakaian
pelindung dari sinar UV yang berbahaya bagi kulit manusia. “Mungkin sekarang
kamu bisa bebas memakai pakaian, tapi di masa depan tidak lagi,” tutur Raihan.
Air
bersih yang merupakan salah satu sumber daya alam yang paling berlimpah
di bumi ini, di masa depan jumlahnya makin menipis. “Mengapa? Ingat, pohon
telah dikalahkan, tak ada lagi daerah resapan air. Air yang dikonsumsi merupakan
air daur ulang,” jelas Raihan.
Udara yang dihirup merupakan
campuran dari polusi kendaraan bermotor dan pabrik-pabrik di muka bumi ini. Polusi yang berkumpul menjadi satu dan
menjadi boomerang bagi kita manusia.
Manusia masih saja tak menyadari
semua itu, bumi tak bisa lagi menampung dan menahan semua kerusakan-kerusakan
yang kita buat di atasnya. Bencana alam terjadi terus-menerus. Namun, manusia tetap tidak menyadari teguran dari bumi.
Suhu bumi yang tidak menentu tidak membuat manusia sadar, bahwa bumi tidak
mampu lagi.
Terjadi ketidakseimbangan di bumi
ini, makhluk hidup, dan sumber daya alam, kini punah dan tak bisa lagi kita
perlihatkan kepada anak cucu kita di zaman berikutnya. Hanya sebuah replika
saja yang bisa kita perlihatkan kepada anak cucu kita, sebagai bukti bahwa
dahulu di bumi sumber daya alam dan makhluk hidup beraneka ragam.
“Aku Raihan dari masa depan, hanya
ingin memberikan pesan peringatan kepadamu dan kepada manusia yang hidup saat
ini. Jagalah bumi ini, manfaatkan sumber daya alam dan makhluk hidup yang ada
secara bijak, dan tetap melakukan
pelestarian agar anak cucu di masa depan dapat menikmati apa yang kamu nikmati
saat ini.” Jelas Raihan
Raisa lalu tertegun dan tak sadar
ternyata Raihan telah pergi meninggalkannya.
“Raihan! Dimana kau?” teriak Raisa
mencari.
Dan kemudian Raisa terbangun dari tidurnya. “Ternyata
hanya mimpi,” ujarnya .
Setelah terbangun dari tidurnya, ia
pun bersumpah untuk menjaga bumi .
“Baiklah,
mulai sekarang. Aku bersumpah akan menjaga bumi dan seluruh isinya dengan
sebaik-baiknya. Bukan hanya aku, yang harus menjaga bumi, tapi kita semua!”